Ada banyak fakta tentang tes IQ yang belum kita ketahui, baik fakta yang menyenangkan atau yang kurang menenangkan.
15 Fakta Menarik yang Perlu Anda Tahu Seputar Tes IQ. Photo by MART PRODUCTION from Pexels: https://www.pexels.com/photo/a-boy-sitting-on-the-table-solving-a-rubik-s-cube-8471831/ |
Diakui atau tidak, tes IQ masih dianggap sebagai ukuran kecerdasan seseorang. Wajar jika apa saja yang berkaitan dengan IQ masih menjadi perhatian utama bagi banyak orang.
Pada kenyataannya IQ memang bisa mempengaruhi kehidupan seseorang, terlepas orang tersebut nantinya sukses atau tidak.
Berikut 15 fakta menarik tentang tes IQ di bawah ini mungkin akan mengubah pandangan kita akan nilai kecerdasan yang satu ini.
1. Tes IQ pertama kali dilakukan untuk mendeteksi ketebelakangan mental
Tes kecerdasan yang satu ini seringkali masih digunakan untuk mendeteksi kecerdasan dan kesuksesan karier seseorang.
Padahal tes ini semula digunakan untuk mendeteksi adanya keterbelakangan mental. Dulu, skor tes IQ di bawah 70 dianggap sebagai keterbelakangan mental.
Baca juga: Pengertian Stunting: Penyebab, Ciri, dan Cara Pencegahan
2. Tes IQ hanya mengukur kecerdasan tertentu
Sebenarnya tes IQ hanya mengukur sebagian jenis kecerdasan dan tidak mengukur kecerdasan seperti kreativitas, artistik, kepemimpinan, ketrampilan emosional dan sosial.
3. Tes IQ bukan untuk membuktikan Anda pintar atau tidak
Tes IQ adalah tolak ukur yang akurat dan dapat diandalkan untuk mengetahui prestasi akademik seseorang.
Hasilnya adalah berupa angka yang didapat setelah mengukur seberapa jauh kemampuan intelektual dan keterampilan kognitif Anda lewat empat bidang kecerdasan: pemahaman verbal, penalaran persepsi (visual-spasial dan auditori), memori kerja (termasuk memori jangka pendek), dan kecepatan pemrosesan informasi atau pertanyaan.
Anda tentu memiliki ratusan kemampuan mental selain dari empat bidang di atas, tapi keempat hal inilah yang bisa diukur secara akurat dan dikenal berkaitan erat dengan kemampuan lainnya.
Seberapa tinggi skor Anda di salah satu kemampuan yang diukur, semakin baik pula kualitas performa Anda dalam melakukan aspek keterampilan mental lain yang tak dapat diukur.
Sebuah tes IQ yang baik juga harus memungkinkan pesertanya untuk dapat memelajari informasi baru.
4. Tes IQ mulanya diperoleh dengan formula tertentu
Seratus tahun yang lalu, tes IQ dihitung dengan cara membagi usia mental seseorang dengan umur sebenarnya.
Hasilnya kemudian dikalikan 100 untuk mendapatkan skor akhir yang sebenarnya. Tentu saja hal ini kurang akurat bagi mereka yang telah memasuki usia dewasa.
Saat ini, perhitungan skor diperoleh dengan cara membandingkan kemampuan seseorang dengan kemampuan kelompok usia yang sama, yang lagi-lagi, belum tentu akurat. Fakta bahwa manusia berkembang dengan cara-cara uniknya tentu tidak bisa diabaikan bukan?
5. Tes IQ cenderung bias budaya dan etnis
Salah satu kritik yang sering ditujukan untuk tes ini adalah sensitivitas pengukurannya terhadap budaya dan etnis seseorang; terutama ketika menyangkut budaya timur dan barat.
Alasannya, tes ini belum mempertimbangkan tingkat kognitif, kemampuan komunikasi serta nilai-nilai yang dianut oleh etnis dan budaya setempat.
6. Skor IQ tidak mencerminkan siapa diri Anda sebenarnya
Ada orang-orang yang ber-IQ tinggi, seperti Einstein (190), Stephen Hawking (160), hingga Christopher Hirata dan Terence Tao yang memiliki skor IQ mencapai 225. Namun, skor IQ tinggi bukan jaminan bahwa seseorang pasti lebih cerdas, bahagia, waras, dan sejahtera.
Begitu pula sebaliknya. Skor IQ rendah tidak berarti bahwa orang tersebut memiliki kecerdasan terbelakang, mental terganggu, atau tidak akan sukses dalam hidupnya secara finansial. Ada juga individu yang pada teorinya termasuk golongan orang-orang cerdas tapi memiliki kecerdasan “normal”.
Perlu diketahui bahwa hampir semua tugas sehari-hari hanya memerlukan kemampuan otak dengan skor IQ 50 atau sedikit lebih tinggi. Meski nilai 50 pada teorinya menunjukkan bahwa individu tersebut tergolong orang berkebutuhan khusus (secara akademis), kenyataannya kemampuan mengemudi sekali pun bisa diperoleh orang-orang yang memiliki skor IQ antara 50-75.
Rata-rata orang dengan “IQ rendah: terbukti bisa sukses di hmpir 71% bidang pekerjaan, dapat memiliki keturunan dengan IQ normal atau lebih tinggi, dan umumnya dapat mampu hidup sukses.
Sebaliknya, individu sangat cerdas pun ada yang tidak mampu menjalankan tugas sederhana yang bisa memberikan dampak positif pada sesamanya.
Baca juga: 20 Cara Hebat Lulus Tes TOEFL dengan Skor Tinggi
7. IQ dipengaruhi oleh lingkungan
Faktor lingkungan, seperti nutrisi, kondisi sosial ekonomi, stres, dukungan dan perilaku sosial sangat mempengaruhi skor IQ. Para peneliti juga menemukan bahwa kualitas pendidikan seseorang sangat berpengaruh terhadap tinggi rendah skor yang diperoleh seseorang.
Fakta tentang IQ ini juga didukung oleh sebuah studi yang menyebutkan bahwa, skor tes IQ seseorang bisa saja meningkat seiring dengan meningkatnya usia sosial. Ini terjadi karena dengan adanya pertambahan usia, seseorang tentunya akan bertambah wawasan dan pendidikannya (Flynn Effect).
Selanjutnya, batita yang terpapar junk food memiliki IQ lebih rendah…
8. Batita yang terpapar junk food ternyata memiliki IQ yang lebih rendah
Membaca fakta tentang IQ yang satu ini, tentu membuat kita prihatin. Banyak para peneliti yang memberikan kesimpulan bahwa anak-anak yang mulai mengenal junk foods di usia kurang dari dua tahun, akan mengalami penurunan skor kecerdasan begitu mereka memasuki usia delapanf tahun.
Sebaliknya, anak-anak yang mengkonsumsi makanan tinggi vitamin dan mineral, justru memberikan hasil yang lebih baik.
Kekurangan gizi juga bisa mengakami stunting, tak hanya mengalami gagal tumbuh, tetapi juga terpengaruh kecerdasannya. Hal itu menyebabkan anak-ank stunting punya daya tahan tubuh yang buruk sekaligus IQ yang rendah.
9. Menyusui masih dianggap sebagai salah satu faktor yang bisa meningkatkan IQ seseorang
Keyakinan ini bisa jadi didasarkan pada fakta, bahwa anak-anak yang memiliki hubungan dekat dengan ibunya akan lebih merasa aman, dan nyaman. Kedua hal tersebut merupakan faktor yang mendukung kecerdasan tinggi.
Namun penelitian terakhir menyebutkan bahwa tidak ada kaitan antara IQ dengan menyusui setelah anak berusia lebih dari dua tahun.
10. Semakin tinggi skor IQ, semakin tinggi risiko gangguan mental
Pernah menonton film A Beautiful Mind yang dibintangi Russell Crowe? Film ini adalah sebuah biografi yang menceritakan kehidupan John Nash, ahli matematika terkenal sekaligus peraih Nobel dalam bidang ekonomi yang mengidap skizofrenia.
David Foster Wallace, penulis terkenal dunia juga berjuang melawan depresi selama lebih dari 20 tahun sebelum akhinya bunuh diri pada tahun 2008.
Kaitan antara skor IQ tinggi dengan risiko penyakit mental juga mencatut nama-nama seperti Abraham Lincoln, Isaac Newton, dan Ernest Hemingway.
Tidak ada yang tahu pasti apa yang menyebabkan peningkatan risiko gangguan mental pada individu yang ber-IQ tinggi.
Namun, sebuah studi menemukan gen NCS-1 yang bertanggung jawab untuk menyandi protein pengikat kalsium dalam tubuh. Gen ini juga bertanggung jawab untuk memelihara aktivitas dan kekuatan hubungan antar saraf di otak.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa peningkatan jumlah reseptor NCS-1 telah dikaitkan dengan risiko skizofrenia dan gangguan bipolar.
Temuan ini dapat diartikan bahwa semakin kuat hubungan antar saraf di otak maka semakin cerdas orang tersebut, yang juga memiliki peluang lebih tinggi untuk mengalami penyakit mental.
Studi lain dari tahun 2005 menemukan bahwa orang yang menunjukkan performa intelegensi terbaik pada tes matematika juga lebih cenderung memiliki gangguan bipolar.
Kita telah tahu, bahwa IQ bisa saja naik dan turun. Ketika seseorang berhenti menggunakan otaknya untuk berpikir kreatif, akan ada kemungkinan skornya juga akan menurun.
12. Berkebalikan dengan anggapan banyak orang, seseorang dengan IQ tinggi ternyata juga cerdas secara sosial
Bertahun-tahun kita sering mendapat gambaran bahwa orang dengan IQ tinggi biasanya lebih suka menarik diri dari pergaulan, sibuk dengan pelbagai penelitian, dan sangat kuno dalam berpakaian.
Meskipun berkorelasi, tidak berarti menjadi penyebab utama; dan fakta tentang IQ terbaru telah membuktikan bahwa seseorang dengan IQ tinggi biasanya juga berhasil dalam pendidikan sekaligus kompetensi sosialnya.
13. Memiliki skor tes IQ 115 memungkinkan Anda melakukan pekerjaan apa pun
Fakta yang satu ini memang berkebalikan dengan beberapa fakta di atas, namun, tak dipungkiri, seseorang yang dikaruniai IQ tinggi, memang memiliki kesempatan untuk melakukan lebih banyak pekerjaan.
Ini bukan masalah diskriminasi, atau melecehkan sebagian orang dengan IQ standar; tapi IQ tinggi memungkinkan seseorang untuk berpikir beberapa hal dalam satu waktu; terutama pada bidang yang tidak bisa diprediksi hasilnya dan membutuhkan kemampuan untuk menganalisa masalah, serta mengambil keputusan dengan cepat.
Baca juga: Soal Latihan Bahasa Inggris untuk Tes Kerja
14. Skor tes IQ bisa naik turun
Hasil tes IQ sangat mungkin berubah dari sejak pertama kali Anda ikut tes saat masih anak-anak. Pasalnya, kecerdasan seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh riwayat akademis di sekolah, tapi juga dari pengalaman hidup dan bagaimana Anda bersosialisasi di tengah masyarakat.
Naik turunnya skor IQ juga dikaitkan dengan perubahan otak seiring bertambahnya usia. Ini dibuktikan pada penelitian yang diambil dari laman Psychology Today.
Penelitian ini mengadakan uji coba dengan anak-anak berusia 7 tahun, anak-anak ini punya IQ tinggi (lebih dari 120). Pada saat tes berlangsung, anak-anak tersebut cenderung memiliki ketebalan kortikal otak yang tidak tebal.
Sehabis tes dilakukan, ditemukan juga bahwa kortikal otak anak dengan IQ tinggi menebal dengan cepat. Kortikal mereka ketebalannya menyalip anak usia 12 tahun-an, namun lama-lama menurun ke tingkat ketebalan semula
Pada akhirnya peneliti menyimpulkan juga bahwa kecerdasan manusia tidak bisa diukur hanya dari tingginya skor tes IQ. Namun harus juga dilihat dari ketebalan kortikal yang didapat dari semakin kayanya pengalaman hidup seseorang.
Lalu, teori menurut Richard Nisbett, dosen psikologi di University of Michigan, IQ dapat berubah setiap saat. Dalam masyarakat modern, kemampuan otak pun bertambah sehingga sangat mungkin skor IQ meningkat 3 poin tiap 10 tahun sekali.
15. Orang dengan IQ tinggi juga lebih percaya diri
Orang-orang sukses – baik itu pada bisnis, atletik, atau pun hidup mereka – seringkali memberi nasehat, bahwa jika Anda memiliki kepercayaan diri, maka Anda sudah memenangkan setengah pertempuran.
Dan mengetahui bahwa dirinya mampu melakukan sesuatu atau malah telah mebuktikan bahwa ia bisa, tentu menjadi lebih percaya diri.
Skor IQ memang penting, namun bukan yang paling penting. Masih ada kecerdasan visual, emosi, auditori, juga atensi yang juga perlu seseorang miliki agar dapat memanfaatkan IQ-nya dengan maksimal.
Jangan lupa bahagia dan share artikel ini agar kalian dan teman kalian selalu update berita, informasi seputar Kediri dan sekitarnya.