Pertumbuhan anak tidak hanya dilihat dari berat badan, tetapi juga tinggi. Maka itu, pahami pengertian stunting: penyebab, ciri, dan cara pencegahan.
Pengertian stunting: penyebab, ciri, dan cara pencegahan. Photo by Lukas on Pexels.com
Tinggi badan anak termasuk faktor yang menandai stunting dan menjadi penanda apakah nutrisi anak sudah tercukupi atau belum.
Kekurangan gizi pada masa janin dan usia dini akan berdampak pada perkembangan otak. Rendahnya kemampuan kognitif yang akan mempengaruhi prestasi sekolah dan keberhasilan pendidikan.
Dalam jangka panjang, kekurangan gizi pada awal kehidupan akan menurunkan produktivitas dan kemudian menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan dan kesenjangan dimasyarakat. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menempatkan Indonesia sebagai negara ketiga dengan angka prevalensi stunting tertinggi di Asia pada 2017. Angkanya mencapai 36,4 persen.
Namun, pada 2018, menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), angkanya terus menurun hingga 23,6 persen, Dari data yang sama, diketahui pula stunting pada balita di Indonesia pun turun menjadi 30,8 persen.
Adapun pada Riskesdas 2013, tunting balita mencapai 37,2 persen, Perlu diketahui bahwa riskesdas memang dirilis setiap lima tahun sekali.
Baca juga: Manfaat Rebusan Daun Salam Jika Diminum Tiap Hari
Apa Pengertian Stunting?
Stunting adalah kondisi yang ditandai ketika panjang atau tinggi badan anak kurang jika dibandingkan dengan umurnya. Dengan pengertian lain, stunting adalah kondisi di mana anak mengalami gangguan pertumbuhan sehingga menyebabkan tubuhnya lebih pendek ketimbang teman-teman seusianya dan memiliki penyebab utama kekurangan nutrisi.
Banyak yang tidak tahu kalau anak pendek adalah tanda dari adanya masalah gizi kronis pada pertumbuhan tubuh si kecil. Hanya saja, perlu diingat bahwa anak pendek belum tentu stunting, sedangkan anak stunting pasti terlihat pendek.
Anak masuk ke dalam kategori stunting ketika panjang atau tinggi badannya menunjukkan angka di bawah -2 standar deviasi (SD). Terlebih lagi, jika kondisi ini dialami anak yang masih di bawah usia 2 tahun dan harus ditangani dengan segera dan tepat. Penilaian status gizi dengan standar deviasi tersebut biasanya menggunakan grafik pertumbuhan anak (GPA) dari WHO.
Tubuh pendek pada anak yang berada di bawah standar normal merupakan akibat dari kondisi kurang gizi yang telah berlangsung dalam waktu lama. Hal tersebut yang kemudian membuat pertumbuhan tinggi badan anak terhambat sehingga mengakibatkan dirinya tergolong stunting.
Namun, anak dengan tubuh pendek belum tentu serta merta mengalami stunting. Kondisi ini hanya terjadi ketika asupan nutrisi harian anak kurang sehingga memengaruhi perkembangan tinggi badannya.
Apa Penyebab Stunting?
Masalah kesehatan ini merupakan akibat dari berbagai faktor yang terjadi pada masa lalu. Berbagai faktor tersebut antara lain asupan gizi yang buruk, berkali-kali terserang penyakit infeksi, bayi lahir prematur, serta berat badan lahir rendah (BBLR).
Kondisi tidak tercukupinya asupan gizi anak ini biasanya tidak hanya terjadi setelah ia lahir saja, melainkan bisa dimulai sejak ia masih di dalam kandungan. Inilah penyebab stunting, yuk simak!
Kurang Asupan Gizi Selama Hamil
WHO atau badan kesehatan dunia menyatakan bahwa sekitar 20% kejadian stunting sudah terjadi saat bayi masih berada di dalam kandungan. Hal ini disebabkan oleh asupan ibu selama hamil yang kurang bergizi dan berkualitas sehingga nutrisi yang diterima janin cenderung sedikit.
Akhirnya, pertumbuhan di dalam kandungan mulai terhambat dan terus berlanjut setelah kelahiran. Oleh karena itu, penting untuk mencukupi berbagai nutrisi penting selama hamil.
Kebutuhan Gizi Anak Tidak Tercukupi
Selain itu, kondisi ini juga bisa terjadi akibat makanan balita saat masih di bawah usia 2 tahun yang tidak tercukupi, seperti posisi menyusui yang kurang tepat, tidak diberikan ASI eksklusif, hingga MPASI (makanan pendamping ASI) yang kurang berkualitas.
Banyak teori yang menyatakan bahwa kurangnya asupan makanan juga bisa menjadi salah satu faktor utama penyebab stunting. Khususnya asupan makanan yang mengandung protein serta mineral zinc (seng) dan zat besi ketika anak masih berusia balita.
Melansir buku Gizi Anak dan Remaja, kejadian ini umumnya sudah mulai berkembang saat anak berusia 3 bulan. Proses perkembangan tersebut lambat laun mulai melambat ketika anak berusia 3 tahun.
Setelah itu, grafik penilaian tinggi badan berdasarkan umur (TB/U), terus bergerak mengikuti kurva standar tapi dengan posisi berada di bawah. Ada sedikit perbedaan kondisi stunting yang dialami oleh kelompok usia 2 – 3 tahun dan anak dengan usia lebih dari 3 tahun.
Pada anak yang berusia di bawah 2 – 3 tahun, rendahnya pengukuran grafik tinggi badan menurut usia (TB/U) bisa menggambarkan proses stunting yang sedang berlangsung. Sementara pada anak yang berusia lebih dari itu, kondisi tersebut menunjukkan kalau kegagalan pertumbuhan anak memang telah terjadi (stunted).
Baca juga: Cara Ampuh Menghilangkan Cegukan yang Terus Menerus
Faktor Penyebab Lainnya
Selain itu yang sudah disebutkan di atas, ada beberapa faktor lain yang menyebabkan stunting pada anak, yaitu:
- Kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi sebelum hamil, saat hamil, dan setelah melahirkan.
- Terbatasnya akses pelayanan kesehatan, termasuk layanan kehamilan dan postnatal (setelah melahirkan).
- Kurangnya akses air bersih dan sanitasi.
- Masih kurangnya akses makanan bergizi karena tergolong mahal.
Untuk mencegahnya, ibu hamil perlu menghindari faktor di atas.
Apa Saja Ciri-ciri Stunting?
Seorang anak termasuk dalam stunting atau tidak, tergantung dari hasil pengukuran tersebut. Jadi tidak bisa hanya dikira-kira atau ditebak saja tanpa pengukuran. Selain tubuh yang berperawakan pendek dari anak seusianya, ada juga ciri-ciri stunting diantaranya adalah:
- Pertumbuhan melambat
- Wajah tampak lebih muda dari anak seusianya
- Pertumbuhan gigi terlambat
- Performa buruk pada kemampuan fokus dan memori belajarnya
- Usia 8 – 10 tahun anak menjadi lebih pendiam, tidak banyak melakukan kontak mata terhadap orang di sekitarnya
- Berat badan balita tidak naik bahkan cenderung menurun.
- Perkembangan tubuh anak terhambat, seperti telat menarche (menstruasi pertama anak perempuan).
- Anak mudah terserang berbagai penyakit infeksi.
Sementara untuk tahu apakah tinggi anak normal atau tidak, Anda harus secara rutin memeriksakannya ke pelayanan kesehatan terdekat. Anda bisa membawa si kecil ke dokter, bidan, posyandu, atau puskesmas setiap bulannya.
Cara Mencegah Stunting
Sebenarnya mencegah stunting sudah bisa dilakukan sejak masa kehamilan. Kuncinya tentu dengan meningkatkan asupan gizi ibu hamil dengan makanan yang berkualitas baik. Zat besi dan asam folat adalah kombinasi nutrisi penting selama kehamilan yang dapat mencegah stunting pada anak ketika ia dilahirkan nanti. Berikut cara mencegah stunting pada anak.
Membiasakan Pola Makan Sehat
Bagi seorang calon ibu, asupan gizi saat bayi masih dalam kandungan merupakan hal yang tidak kalah penting untuk mengurangi risiko stunting pada anak. Karena itu, sang calon ibu juga harus memperhatikan asupan nutrisinya dengan baik saat hamil.
Cara lainnya yaitu pemenuhan gizi di awal perkembangan anak pada 1.000 hari pertama. Salah satunya adalah dengan pemberian ASI eksklusif untuk sang buah hati di 6 bulan awal dan bisa juga dilanjutkan hingga anak berusia 2 tahun. Namun, jangan lupa juga untuk memberikan makanan pendamping ASI yang bergizi dan seimbang.
Pola makan dengan gizi yang seimbang ini perlu dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu contohnya adalah dalam satu porsi makan diisi oleh sayuran dan buah-buahan, setengahnya lagi diisi oleh sumber protein (hewani atau nabati) dengan proporsi lebih banyak dari sumber karbohidrat.
Menggunakan Pola Asuh yang Baik
Hal yang tidak kalah penting yaitu faktor perilaku, salah satunya adalah keluarga sebagai tempat pertama tumbuh kembang anak. Orangtua yang baik adalah mereka yang memahami edukasi perkembangan kesehatan anak sejak masa kehamilan.
Hal ini mencakup pemenuhan gizi saat hamil, serta memeriksakan kandungan empat kali selama masa kehamilan. Pemberian hak anak untuk mendapatkan kekebalan melalui imunisasi juga hal yang tidak boleh dilupakan.
Psikologis dan mental sang ibu juga perlu dijaga agar stabil. Maka dari itu, kerja sama ibu dan ayah untuk tetap harmonis pun tak kalah penting dalam tumbuh kembang anak.
Baca juga: 11 Bahaya Gadget untuk Anak, Munculnya Masalah Mental hingga Agresif
Menjaga Kebersihan Air dan Sanitasi
Kebersihkan berkaitan erat dengan kesehatan. Lingkungan yang bersih mampu menjaga kekebalan tubuh anak, sehingga terhindar dari infeksi. Salah satunya adalah dengan menyediakan sanitasi dan air bersih. Ciri-ciri air bersih adalah tidak berbau, jernih, terasa tawar, dan tidak mengandung zat kimia.
Contoh hidup sehat ialah sesederhana membiasakan anak untuk cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, serta tidak buang air besar sembarangan. Hal ini sebagai tindakan tidak langsung untuk mencegah anak menderita infeksi yang merupakan salah satu penyebab stunting.
Membaca dan Memahami Ilmu Kesehatan
Apapun cara pencegahan yang kamu ketahui tidak akan bisa dilakukan dengan mudah jika orangtua tidak memiliki informasi dan pemahaman yang baik tentang kesehatan, salah satunya tentang stunting.
Pemahaman baik tentang stunting akan mampu memberikan orangtua kesadaran arti pemenuhan gizi bagi anak. Di era teknologi saat ini, informasi kesehatan ini bisa kita dapatkan dengan mudah melalui internet ataupun buku. Maka dari itu, kegiatan membaca bisa menjadi cara sederhana bagi orangtua untuk memahami stunting.
Sudah menjadi sebuah keharusan bagi para orangtua untuk berbagi informasi tentang stunting pada lingkungan sekitarnya. Pasalnya, efek jangka panjang dari stunting mampu mengganggu kualitas kecerdasan anak yang berdampak terhadap rendahnya sumber daya manusia Indonesia.